Selasa, 12 Desember 2017

JADI GURU SD?? AH, GAMPANG!


“Kenapa sih ingin jadi guru SD? Kenapa nggak jadi guru SMP atau SMA aja?” Pertanyaan tersebut sering sekali menghampiri saya, tak perduli itu dari lingkungan tempat saya tinggal, teman-teman sekolah, ataupun guru-guru saya. Ada yang memberikan respon negatif dan positif, semua tergantung bagaimana orang tersebut memandang. Sebenarnya, dahulu cita-cita saya bukanlah menjadi seorang guru, melainkan menjadi seorang polwan. Namun semakin umur saya bertambah dan semakin saya berfikir, impian tersebut sepertinya susah untuk saya raih karna berbagai macam faktor, dan akhirnya saya mulai menginginkan menjadi seorang guru sejak saya duduk dibangku kelas VIII SMP.


Mengapa saya ingin menjadi seorang guru? Menurut saya waktu itu, menjadi seorang guru adalah pekerjaan yang sangat mudah. Semua orang bisa melakukannya. Menjadi seorang guru itu enak. Kerjanya cuma setengah hari. Gajinya besar. Disayang oleh siswanya. Selain itu, menjadi seorang guru adalah suatu pekerjaan yang mulia, karena kita bisa medapatkan pahala atas ilmu-ilmu yang diberikan kepada siswa. Ya, itulah pandangan saya terhadap pekerjaan menjadi seorang guru pada saat itu. 

Menjadi seorang guru, sangat besar sekali tanggung jawabnya, kata Dosen saya. Tidak hanya mengajarkan mengenai pelajaran saja, tetapi seorang guru juga harus mengajarkan sikap dan akhlak yang baik terhadap muridnya. Karena ada pepatah yang mengatakan `guru kencing berdiri, siswa kecing berlari` apa yang di lakukan oleh guru akan di ikuti oleh muridnya. `Guru adalah seseorang yang tau akan segalanya` apa yang dikatakan oleh guru, akan dianggap benar oleh muridnya. Ya, seperti yang saya rasakan saat menjadi seorang siswa SD. Saat itu, saya sedang mengerjakan pr matematika dan di bantu oleh kedua orang tua saya, namun karna cara yang diajarkan orang tua saya itu sedikit berbeda dengan yang diajarkan guru saya saat disekolah, padahal hasilnya sama, saya tetap mengganggap bahwa cara yang diajarkan orang tua saya itu salah, dan saya waktu itu berkata “kata bu guru caranya gini”. Terlihat bagaimana berpengaruhnya kata-kata seorang guru terhadap siswanya.

Saat ini, saya sedang mengemban ilmu di universitas yang sangat terkenal di Banten, yaitu Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Saya mengambil jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, yang mana sebelumnya saya berfikir bahwa mata kuliah yang ada di jurusan PGSD ini hanya seputar pelajaran untuk anak SD, namun ternyata saya salah, ternyata mata kuliahnya sangat rumit dari apa yang saya bayangkan sebelumnya.
Saat ini, saya sudah sampai di semester V. Di semester ini saya mendapat tugas dari salah satu mata kuliah untuk terjun langsung bagaimana rasanya mengajar anak SD yang sebenar-benarnya, karena sebelumnya saya hanya melakukan praktik mengajar hanya di kelas saja, dan yang menjadi muridnya adalah teman-teman saya sendiri.

Saya terjun langsung mengajar siswa  kelas 4. Ketika saya sudah terjun langsung mengajar di sd, rasanya berbeda dengan praktik mengajar yang sering dilakukan saya dan teman-teman saya di kelas. Mengajar anak-anak yang hobby nya masih ingin bermain itu sangatlah tidak mudah. Seorang guru harus pandai-pandai mengondisikan kelas, berbicara menggunakan kata-kata yang mudah dipahami oleh siswa (hal ini sesuai dengan teori perkembangan kognitif yang dikemukakan oleh Piage), menyisipkan sesuatu yang menarik agar siswanya tidak bosan, dan tetap bisa fokus dalam pembelajaran. Selain itu juga, seorang guru harus menyiapkan media pembelajaran agar siswa mudah memahami pembelajaran yang disampaikan.

Selain itu, perilaku anak sd yang sebenarnya berbeda dengan perilaku anak sd yang di perankan oleh teman-teman saya (mahasiswa). Dimana perilaku anak sd yang sebenarnya yang saya alami saat praktik mengajar, ada siswa yang tidak bisa diam di bangkunya sendiri. Ia selalu berjalan kesana kemari dan mengganggu temannya yang lain. Ada siswa yang  inginnya maju terus menjawab soal yang saya berikan, tidak mau memberikan kesempatan kepada temannya yang lain, jika diminta untuk bergantian, siswa tersebut ngambek,  duduk di lantai depan papan tulis dan tidak mau duduk di bangkunya. Ada juga siswa yang gampang sekali menangis. Itu lah beberapa contoh perilaku murid yang saya alami saat terjun langsung mengajar di sd.

Pada proses mengajar selama kurang lebih 4 kali pertemuan, saya mulai sedikit mengetahui bagaimana karater siswa sd. Salah satunya ialah anak sd itu senang apabila namanya diingat oleh guru karena terlihat bagaimana respon mereka saat saya secara bergantian menghampiri kelompoknya dan menanyakan nama mereka setelah itu saya mengulanginya kembali walaupun terkadang saya masih suka lupa-lupa ingat. Namun pada kenyataannya, terkadang ada saja guru belum hafal semua nama siswanya dikarenakan jumlah siswa dalam satu kelas terlalu banyak, dan biasanya seorang guru hanya hafal nama siswa tertentu yang biasanya berpengaruh didalam kelas, misalkan seperti siswa yang paling pintar dan yang paling tidak bisa diam.

Seorang guru sd tidak bisa mengajar hanya dengan menggunakan buku saja, karna para siswa sd dalam proses pembelajaran, tidak bisa jika sang guru hanya menjelaskan sebuah materi tanpa ada bukti yang nyata, karna cara berfikir siswa sd masih dalam tahap berfikir secara konkrit, sehingga seorang guru sangat dianjurkan untuk membuat media pembelajaran. Ini lah yang saya rasakan saat praktik mengajar, waktu itu saya mengajar mengenai pulau kalimantan, di buku tersebut terdapat perbedaan antara pulau kalimantan yang masih banyak dengan hutan yang lebat dan ada yang hutannya mulai gundul. Saya merasa sedikit kesulitan saat itu karna masih banyak siswa yang sulit membedakan bagian-bagian yang masih lebat hutannya dan yang mulai gundul, karena gambar yang terdapat di buku tidak terlalu jelas, sehingga saya harus menjelaskan ulang kepada siswa. Dari hal itu terlihat bahwa peran media pembelajaran sangat penting bagi siswa sd. Namun beberapa kali saya temui dilapangan, masih banyak guru yang jarang sekali membuat media pembelajaran dengan mengatakan bahwa tidak ada waktu untuk membuat media pembelajaran. Disini saya tidak membenarkan pun tidak menyalahkan mengapa seorang guru tidak sempat membuat media pembelajaran walaupun sang guru tau bahwa media pembelajaran itu sangat penting. Karena dalam proses pembuatan media pembelajaran membutuhkan waktu yang cukup banyak, mungkin para guru tersebut tidak sempat membuat media pembelajaran karena banyak sekali pekerjaan lain yang harus dilakukan terutama bagi seorang guru yang berperan juga sebagai ibu rumah tangga.

Selain media pembelajaran, apresiasi terhadap siswa sd sangat juga sangat penting. Mengapa demikian? Karena apresiasi adalah motivasi para siswa untuk menjadi lebih baik lagi. Apresiasi bisa dilakukan dengan cara memberikan bintang kepada kelompok yang kompak dalam mengerjakan sesuatu, bisa juga dengan memberikan tepuk tangan terhadap siswa yang berani tampil di depan kelas, atau bisa juga dengan mengatakan “anak pintar”, “hebat yaa”, “waah bagus sekali” kata-kata tersebut walaupun sederhana namun dapat membuat para siswa menjadi senang dan menjadi merasa di hargai, karena memberikan apresiasi terhadap siswa tidak melulu dengan nilai (angka). Seperti yang saya rasakan saat praktik mengajar, saya hanya memberikan bintang terhadap anak yang dapat mengerjakan tugasnya dengan cepat dan benar, tidak disangka hal tersebut malah membuat mereka semakin bersemangat bahkan meminta untuk di berikan tugas lagi.

Nah, beribacara masalah nilai biasanya berhubungan dengan sesuatu yang dikerjakan oleh siswa, contohnya mengerjakan sebuah soal. Dalam membuat sebuah soal seorang guru tidak bisa seenaknya karena membuat soal harus ditentukan taraf kesukarannya, hal ini dilakukan agar soal yang dibuat oleh guru dapat membedakan antara siswa yang paham dengan materi yang sudah diajarkan dengan siswa yang masih belum paham. Maka, apabila dalam membuat soal banyak pertanyaan yang terlalu mudah, guru akan kesulitan membedakan anak yang paham dan yang belum paham, begitupun apabila soal yang dibuat terlalu sulit. Sehingga dengan membuat soal saja seorang guru tidak bisa seenaknya, begitupun dengan memberikan nilai kepada siswa, semua ada ketentuan atau rumusan-rumusan yang harus dibuat terlebih dahulu. Seperti contohnya menilai hasil ulangan siswa atau mengisi nilai rapot.

Mengapa saya mengatakan hal seperti diatas? Karena pada saat saya praktik mengajar hari pertama, saya memberikan apresiasi kepada siswa dengan memberikan nilai dalam bentuk angka dan terjadi sedikit kesalahan. Ada salah satu siswa yang tidak terima karena berbeda nilai dengan temannya, padahal mereka sama-sama ada dua bagian yang salah. Dari hal tersebut saya sadar betapa pentingnya membuat ketentuan atau rumusan dalam menilai hasil pekerjaan siswa.

Menjadi seorang guru adalah suatu pekerjaan, dimana biasanya setiap pekerjaan akan selalu bersinggungan dengan pendapatan yang biasa orang awam sebut “gaji”. Setelah saya selesai melaksanakan praktik mengajar di salah satu Sekolah Dasar, saya berkumpul dengan guru-guru dikantor yang pada saat itu para guru baru saja mendapatkan gaji. Saya kaget, ternayata seorang guru honorer pendapatannya lebih kecil dari seorang pegawai pabrik, namun para  guru tetap merasa bersyukur dengan pendapatan yang mereka peroleh. Disinilah saya melihat betapa rasa ikhlas yang dimiliki oleh guru sangat besar walaupun jika dipikir secara realistis, pendapatan tersebut tidak dapat mencukupi kebutuhan selama satu bulan.

Dari pengalaman mengajar yang sudah saya lakukan, saya jadi ingat ada salah satu Dosen saya yang pernah mengatakan “mengajar adalah kebahagiaan” ternayata memang benar, saya jadi tau bagaimana rasanya menjadi seorang guru, bagaimana rasanya disaat para siswa menyapa dengan sebutan “bu guru” sembari mencium tangan saya, bagaimana rasanya disayang dan di rindukan oleh siswa walaupun dibalik itu semua saya pun tau bahwa menjadi seorang guru sd itu tidak gampang, banyak sekali tantangannya. Karena menjadi guru sd bukan hanya sekedar mengajar dan pulang siang, tetapi menjadi guru sd harus bisa menjadi guru yang menyenangkan, harus dapat membuat siswanya bersemangat, harus dapat mengondisikan kelas, harus dapat menyisihkan waktu untuk membuat media pembelajaran yang unik yang dapat membuat anak fokus pada pembelajaran, harus dapat menentukan teknik dalam menilai dan yang paling terpenting itu menjadi guru harus memiliki kesabaran dan keikhlasan dalam mengahadapi karakter siswa yang berbeda-beda, serta tanggung jawab yang besar bagaimana masa depan siswa nantinya. Karena menjadi seorang guru sd ialah guru yang mengajari siswa yang masih dalam tahap emas, dimana siswa dapat dengan mudah mengingat apa yang dikatakan oleh guru, jika yang dikatakan oleh guru itu salah, maka akan sulit sekali meluruskannya, contoh kecilnya adik saya, ia mengatakan bahwa paus adalah ikan, padahal sebenarnya paus bukan ikan melainkan seekor mamalia. Saat saya berusaha meluruskan, ia malah berkata kepada saya “orang bu guru bilangnya ikan” seperti saya sebelumnya yang pernah mengatakan “kata bu guru caranya gini”. Jadi, masih mau bilang jadi guru itu gampang??

0 komentar:

Posting Komentar

 

Mifta Erls Template by Ipietoon Cute Blog Design