Sejarah keberadaan
Reog sebagai seni mulai muncul ketika pada thn 1400-an ketika itu Dadak Merak
dimaksudkan untuk menyindir Raja Brawijaya V, yang lebih terpengaruh oleh
permaisurinya. Bentuk Reog pun sebenarnya merupakan sebuah sindiran dari Demang
Ki Ageng Kutu Suryongalam terhadap Majapahit, Prabu Brawijaya V yang bergelar
Bhree Kertabumi yang belum melaksanakan tugas – tugas kerajaan secara tertib,
adil dan memadai. Sebab kekuasaan raja dikuasai atau dipengaruhi bahkan dikendalikan
oleh pemaisurinya.
Digambarkan pada Dadak Merak (Singo Barong), bahwa Kepala Macan/Singo barong simbolisasi
laki-laki diatasnya adalah Burung
Merak sebagai simbolisasi wanita, Artinya Lelaki yang dibawah
wanita. Konon waktu itu para penari reog sebenarnya adalah sekumpulan pendekar-pendekar (bekas pasukan khusus
Majapahit) yang kecewa terhadap junjungannya yang berniat
memberontak. Akhirnya diredam oleh para petinggi kerajaan yang sangat
berpengaruh dengan dialihkan menjadi suatu bentuk perkumpulan kesenian.
·
Dadak merak :
melambangkan kekuasaan / kecantikan.
·
Barong : melambangkan
kekuatan atau lelaki perkasa. Legenda menyebutkan bahwa barong yang dihiasi
merak menandakan bahwa Raja Brawijaya V tak berkutik dibawah dewi campa
(permaisuri) .
·
Warok dengan
berpakaian hitam dengan muka merah: Menggambarkan tokoh yang beringas dan penuh
dengan ilmu hitam. Namun legenda lain menceritakan sosok warok adalah pasukan
yang bersandar pada kebenaran dalam pertarungan antara yang baik dan jahat
dalam cerita kesenian reog. Orang sakti dan memiliki kearifan yang tinggi,
serta menjadi tokoh sentral atau “orang tua” didaerahnya masing-masing yang
disegani.
·
Gemblak / penari
jatilan : Gemblak / jatilan adalah lelaki kesayangan dari warok. Memelihara
gemblak adalah tradisi, seolah menjadi kewajiban setiap warok untuk memelihara
gemblak agar bisa mempertahankan kesaktiannya.
Legenda lain yang
menyebutkan bahwa jatilan ( pasukan berkuda ) yang bersifat fiminim
mengilustrasikan bahwa prajurit majapahit bak perempuan yang tidak bernyali
untuk menggempur demak bintoro.
Jadi Reog merupakan “sindiran” kepada
Raja Bra Kertabumi dan kerajaannya. Pagelaran Reog menjadi cara Ki Ageng Kutu
membangun perlawanan masyarakat lokal menggunakan kepopuleran Reog.
0 komentar:
Posting Komentar