Jumat, 30 Desember 2016

FILOSOFI REOG PONOROGO

Sejarah keberadaan Reog sebagai seni mulai muncul ketika pada thn 1400-an ketika itu Dadak Merak dimaksudkan untuk menyindir Raja Brawijaya V, yang lebih terpengaruh oleh permaisurinya. Bentuk Reog pun sebenarnya merupakan sebuah sindiran dari Demang Ki Ageng Kutu Suryongalam terhadap Majapahit, Prabu Brawijaya V yang bergelar Bhree Kertabumi yang belum melaksanakan tugas – tugas kerajaan secara tertib, adil dan memadai. Sebab kekuasaan raja dikuasai atau dipengaruhi bahkan dikendalikan oleh pemaisurinya.
Digambarkan pada Dadak Merak (Singo Barong), bahwa Kepala Macan/Singo barong simbolisasi laki-laki diatasnya adalah Burung Merak sebagai simbolisasi wanita, Artinya Lelaki yang dibawah wanita. Konon waktu itu para penari reog sebenarnya adalah sekumpulan pendekar-pendekar (bekas pasukan khusus Majapahit) yang kecewa terhadap junjungannya yang berniat memberontak. Akhirnya diredam oleh para petinggi kerajaan yang sangat berpengaruh dengan dialihkan menjadi suatu bentuk perkumpulan kesenian.

·         Dadak merak : melambangkan kekuasaan / kecantikan.
·         Barong : melambangkan kekuatan atau lelaki perkasa. Legenda menyebutkan bahwa barong yang dihiasi merak menandakan bahwa Raja Brawijaya V tak berkutik dibawah dewi campa (permaisuri) .
·         Warok dengan berpakaian hitam dengan muka merah: Menggambarkan tokoh yang beringas dan penuh dengan ilmu hitam. Namun legenda lain menceritakan sosok warok adalah pasukan yang bersandar pada kebenaran dalam pertarungan antara yang baik dan jahat dalam cerita kesenian reog. Orang sakti dan memiliki kearifan yang tinggi, serta menjadi tokoh sentral atau “orang tua” didaerahnya masing-masing yang disegani.
·         Gemblak / penari jatilan : Gemblak / jatilan adalah lelaki kesayangan dari warok. Memelihara gemblak adalah tradisi, seolah menjadi kewajiban setiap warok untuk memelihara gemblak agar bisa mempertahankan kesaktiannya.

Legenda lain yang menyebutkan bahwa jatilan ( pasukan berkuda ) yang bersifat fiminim mengilustrasikan bahwa prajurit majapahit bak perempuan yang tidak bernyali untuk menggempur demak bintoro.
Jadi Reog merupakan “sindiran” kepada Raja Bra Kertabumi dan kerajaannya. Pagelaran Reog menjadi cara Ki Ageng Kutu membangun perlawanan masyarakat lokal menggunakan kepopuleran Reog.


0 komentar:

Posting Komentar

 

Mifta Erls Template by Ipietoon Cute Blog Design