Menurut
Allport: “Temperamen adalah gejala karakteristik daripada sifat emosi
individu, termasuk juga mudah-tidaknya terkena rangsangan emosi, kekuatan
serta kecepatannya bereaksi, kualitas kekuatan suasana hatinya, segala
cara daripada fluktuasi dan intensitas suasana hati. Gejala ini bergantung
pada faktor konstitusional, dan karenanya terutama berasal dari
keturunan.”
Menurut G.
Ewald: “Temperamen adalah konstitusi psikis yang berhubungan dengan
konstitusi jasmani.” Tempramen adalah sifat-sifat jiwa yang sangat erat
hubungannya dengan konstitusi tubuh.
Yang dimaksud konstitusi tubuh disini
ialah keadaan jasmani seseorang yang terlihat dalam hal-hal yang khas baginya,
seperti keadaan darah, pekerjaan kelenjar, pencernaan, pusat saraf, dan
lain-lain.
Temperamen
lebih merupakan pembawaan dan sangat dipengaruhi/ tergantung pada konstitusi
tubuh. Oleh karena itu temperamen sukar diubah atau didik; tidak dapat
dipengaruhi oleh kemauan atau kata hati orang yang bersangkutan. Contohnya si A
memiliki kemampuan melawak yang sangat dikagumi, karena ia memiliki tipe tubuh
dan raut muka yang sedemikian rupa, sehingga baru saja melihat mimiknya orang
sudah ingin tertawa. Temperamen lebih merupakan pembawaan dan sangat
dipengaruhi/ tergantung kepada konstitusi tubuh. Oleh karna itu tempramen sukar
diubah atau dididik; tidak dapat dipengaruhi oleh kemauan atau kata hati orang
yang bersangkutan. Temperamen ini turun temurun dan tak dapat diubah oleh
pengaruh-pengaruh dari luar. Temperamen tidak mengalami perkembangan, karena
temperamen tergantung konstelasi hormon-hormon dan keadaan cairan dalam tubuh.
Kecerdasan
siswa juga dipengaruhi oleh tempramen, karena kecerdasan itu menurut Santrok
dalam slavin (1997), aspek mempengaruhi perkembangan itu adalah
keturunan/genetik. Temperamen individu sukar diubah atau dididik, tidak dapat
dipengaruhi oleh kemauan atau kata hati individu yang bersangkutan.
Tempramen
adalah gaya-prilaku karakteristik individu dalam merespon sesuatu yang
dipengaruhi oleh konstitusi tubuhnya, misalnya cairan darah. Ada 4 golongan
menurut keadaan zat-zat cair yang ada dalam tubuh, yaitu:
· Sanguinisi
(yang banyak darahnya), sifatnya periang, gembira, optimis, lekas berubah-ubah
stemming-nya.
·
Kolerisi
(yang banyak empedu kuningnya), sifatnya garang, hebat, lekas marah , agresif.
·
Flegmatisi
(yang banyak lendirnya), sifatnya lamban, tenang, tidak mudah berubah.
·
Melankolisi
(banyak empedu hitamnya), sifatnya muram, tidak gembira, pesimistis.
Anak yang memiliki
tipe sanguinis misalnya lebih bersemangat dalam belajar jika dibandingkan anak
yang flegmatis. Anak yang melankolis cenderung lebih menyukai hal-hal yang
teortis dibandingkan praktis. Hal ini tentu berpengaruh terhadap proses belajar
anak. Guru di tuntut mampu mengenali anak sepenuhnya, sehingga dapat membantu
perkembangan anak sesuai keadaan dirinya. Selain itu, Kaitan proses belajar
sangat erat dengan tempramen karana yang mempengaruhi semangat belajar siswa
adalah tempramen. Kecerdasan siswa juga dipengaruhi oleh tempramen, karena
kecerdasan itu menurut Santrok dalam slavin (1997), aspek mempengaruhi
perkembangan itu adalah keturunan/genetik.
0 komentar:
Posting Komentar