Zenon (333-262 SM)
adalah seorang filsuf Yunani Kuno, pendiri aliran filsafat kaum Stoa, yakni
kaum sebagai aliran filsafat yang memiliki pengaruh kuat, khususnya pada
orang-orang Romawi, mulai dari zaman
hilenitis dan sesudahnya. Nama stoa, diambil dari kata Yunani; stoa
poikile atau tiang-tiang pilar penuh hiasan, yakni tempat para filsuf berkumpul
dan berdiskusi untuk memperbincangkan
masalah takdir yang kemudian menyulut api perdebatan diantara para filsuf pada
zamannya.
Menurut para filosof,
segala sesuatu telah ditetapkan oleh Sang Pencipta. Dia menentukan keteraturan
segala sesuatu dengan manntap dan
mengarahkan pada tujuan yang telah ditetapkan sejak semula. Keteraturan yang
mantap, segala sesuatu ini disebutnya sebagai takdir atau nasib, sedangkan
keteraturan segala sesuatu pada tujuan yang telah ditetapkan oleh Sang Pencipta
disebut sebagai penyelenggara (bahasa Yunani; pronoia atau providentia dalam bahasa latin). Lebih lanjut, menurut Zenon, dalam jagad raya
tidak ada sesuatu pun bisa luput dari
keberlangsungan mutllak hkum takdir ini.
Berdasarkan pengertian
tentang keharusan mutlak hukum takdir ini, Zenonmerancang ajaran etikanya. Katanya, manusia hendaknya mengikuti saja
suratan takdir dan penentuan nasib bagi dirinya, dengan demikian ia akan
mencapai harmoni atau keselarasan dengan takdirnya yang tentu saja akan
membawanya kepada kebahagiaan, atau dalam bahasa Yunani dikenal dengan
istilah eudaimonia. Kalaupun manusia
mencoba melawan hukum takdir, usaha itu
tak akan berhasil, karena akibatnya ia
akan susah berdiri. Jadi, hukum takdir itu harus ditaati, terlepas dari
perasaan senang atau tidak senang, pokoknya terjadilah hukum takdir.
Dapus: buku Filsafat ilmu dan metodologi penelitian ilmu
pemerintahan. Hal: 71
0 komentar:
Posting Komentar