Sabtu, 10 Desember 2016

FILOSOFI TAKDIR


Zenon (333-262 SM) adalah seorang filsuf Yunani Kuno, pendiri aliran filsafat kaum Stoa, yakni kaum sebagai aliran filsafat yang memiliki pengaruh kuat, khususnya pada orang-orang Romawi, mulai dari zaman  hilenitis dan sesudahnya. Nama stoa, diambil dari kata Yunani; stoa poikile atau tiang-tiang pilar penuh hiasan, yakni tempat para filsuf berkumpul dan berdiskusi  untuk memperbincangkan masalah takdir yang kemudian menyulut api perdebatan diantara para filsuf pada zamannya.
Menurut para filosof, segala sesuatu telah ditetapkan oleh Sang Pencipta. Dia menentukan keteraturan segala  sesuatu dengan manntap dan mengarahkan pada tujuan yang telah ditetapkan sejak semula. Keteraturan yang mantap, segala sesuatu ini disebutnya sebagai takdir atau nasib, sedangkan keteraturan segala sesuatu pada tujuan yang telah ditetapkan oleh Sang Pencipta disebut sebagai penyelenggara (bahasa Yunani; pronoia atau providentia  dalam bahasa latin).  Lebih lanjut, menurut Zenon, dalam jagad raya tidak ada sesuatu pun bisa luput  dari keberlangsungan mutllak hkum takdir ini.
Berdasarkan pengertian tentang keharusan mutlak hukum takdir ini, Zenonmerancang ajaran etikanya.  Katanya, manusia hendaknya mengikuti saja suratan takdir dan penentuan nasib bagi dirinya, dengan demikian ia akan mencapai harmoni atau keselarasan dengan takdirnya yang tentu saja akan membawanya kepada kebahagiaan, atau dalam bahasa Yunani dikenal dengan istilah  eudaimonia. Kalaupun manusia mencoba melawan hukum takdir,  usaha itu tak  akan berhasil, karena akibatnya ia akan susah berdiri. Jadi, hukum takdir itu harus ditaati, terlepas dari perasaan senang atau tidak senang, pokoknya terjadilah hukum takdir.


Dapus: buku Filsafat ilmu dan metodologi penelitian ilmu pemerintahan. Hal: 71

0 komentar:

Posting Komentar

 

Mifta Erls Template by Ipietoon Cute Blog Design