Sabtu, 10 Desember 2016

FILOSOFI KEMATIAN



Pada abad ke-17, Pascal pernah mencatat: karena umat manusia tidak berhasil mengatasi kematian, kesengsaraandan ketidaktahuan, mereka memutuskan untuk tidak memikirkannya. Kalau kita memandang sejarah dan perkembangannya, “ffilsafat” kiranya dapat digolongkan sebagai pemikiran yanng tak bisa lepas dari kematian. Kematian senantiasa merupakan perosalan yang mendalam  dan fundamental bagi filsuf (G.G Ritcher).



Apakah ada sesuatu dibalik atau diseberang kematian? Itulah pertanyaan yang tetap muncul dalam hati manusia dan yang diberi bermacam  jawaban, pada saat kematian orang yang dicintai atau  kalau seseorang dihadapkan sendiri dengan  kematiannya. Dalam semua kebudayaan di dunia Barat yag maju, kematian tidak pernah dianggap sebagai sebuah kehancuran  atau akhir mutlak; sebaliknya kematian berarti “perubahan hidup”, semacam tahap berkelanjutan keberadaan diri. Namun,  ketika kita mengira, “semua selesai” dengan kematian, maka hilangnya seseorang yang dicintai, sikap pesimis hidup, faktor dari luar diri manusia dan membiarkan diri tidak berjuang lagi untuk hidup bisa mempercepat datangnya kematian bagi yang bersangkutan. Mereka ini menginggalkan perjuangan untuk hidup, untuk hidup yang kekal.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Mifta Erls Template by Ipietoon Cute Blog Design