Mungkin sebelumnya
kalian akan bertanya, kenapa sih kok kamu nulis tentang ini? Menurut saya membaca dunia petruk, sama
halnya sedang membaca diri sendiri. Membaca jati diri. Petruk, bergerak dari
dunia jinak, ke dunia pembangkang. Penting direnungkan. Membaca petruk sama
halnya sedang menghayati dunia. Dia adalah pribadi yang komplet. Sesekali,
Petruk berlaku sebagai akademisi. Orang-orang disekitarnya menyebutnya pakar.
Pakar ilmu-ilmu mistik kejawen. Ilmu yang sampai detik ini banyak dibenci orang, biar pun secara
substansial banyak dilakukan setiap orang.
Dalam diri Petruk
memang kaya. Dia juga seorang humoris. Kaya hiburan, dari segi bahasa,
lagu-lagu jawa, dan hampir seluruh hiburan dia tau.
Asal-usul Petruk masih simpang siur. Kelahiran Petruk
pun jarang dilakonkan dalam wayang. Begitupula, apakan Petruk akan berakhir
hidupnya, adalah keraguan yang sulit dijawab.
Yang jelas, Petruk adalah anak dari Ki Lurah Semar. Hal ini menandai
bahwa ada keturunan Dewa Ismaya,. Oleh karena Semar adalah Dewa Ismaya. Itulah
sebabnya, jika Petruk menjadi raja bukan hal
yang mustahil.
Hadiprayitno (2009:58)
menyatakan bahwa ada suluk pedalangan
gaya Yogyakarta yang secara khusus mengisahkan bentuk Petruk, berbunyi sebagai
berikut:
Ong,
Petruk kanthong bolong
Tanpa
kucir nanging jejengngotan
Weteng
melenthus
Wudele
bodong
Awak
dawa, dawa tangane
Lelagon
sulukan demikian, bermakna bahwa Petruk itu tokoh yang unik
dari sisi bentuknya. Bentuk tersebut memiliki makna khusus yang terkait dengan
falsafah hidup orang jawa. Oleh sebab itu, Petruk mampu mengembangkan diri dan
percaya diri menjadi raja. Kekuatan sakti Petruk terletak pada keyakinan diri.
Dia senantiasa berpegang teguh pada dunia kejawen.
0 komentar:
Posting Komentar