SEJARAH perkembangan
filsafat berkembang atas dasar pemikiran kefilsafatan yang telah dibangun sejak
abad ke-6 SM. Ada dua orang filsuf yang corak pemikirannya boleh dikatakan
mewarnai diskusidiskusi filsafat sepanjang sejarah perkembangannya, yaitu
Herakleitos (535-475 SM) dan Parmenides (540-475 SM).
Pembagian secara
periodisasi filsafat barat adalah zaman kuno, zaman abad pertengahan, zaman
modern, dan masa kini.
Aliran yang muncul dan berpengaruh terhadap pemikiran
filsafat adalah Positivisme, Marxisme, Eksistensialisme, Fenomenologi,
Pragmatisme, dan NeoKantianianisme dan Neo-tomisme. Pembagian secara
periodisasi Filsafat Cina adalah zaman kuno, zaman pembauran, zaman
Neo-Konfusionisme, dan. zaman modern. Tema yang pokok di filsafat Cina adalah
masalah perikemanusiaan. Pembagian secara periodisasi filsafat India adalah
periode Weda, Wiracarita, Sutra-sutra, dan Skolastik. Adapun pada Filsafat
Islam hanya ada dua periode, yaitu periode Muta-kallimin dan periode filsafat
Islam. Untuk sejarah perkembangan ilmu pengetahuan di sini pembahasan mengacu ke
pemikiran filsafat di Barat.
Periode filsafat
Yunani merupakan periode penting sejarah peradaban manusia karena pada waktu
itu terjadi perubahan pola pikir manusia dari mite-mite menjadi yang lebih
rasional. Pola pikir mite-mite adalah pola pikir masyarakat yang sangat
mengandalkan mitos untuk menjelaskan fenomena alam, seperti gempa bumi dan
pelangi. Gempa bumi tidak dianggap fenomena alam biasa, tetapi Dewa Bumi yang
sedang menggoyangkan kepalanya. Namun, ketika filsafat diperkenalkan, fenomena
alam tersebut tidak lagi dianggap sebagai aktivitas dewa, tetapi aktivitas alam
yang terjadi secara kausalitas.
Perubahan pola pikir
tersebut kelihatannya sederhana, tetapi implikasinya tidak sederhana karena
selama ini alam ditakuti dan dijauhi kemudian didekati bahkan dieksploitasi.
Manusia yang dulunya pasif dalam menghadapi fenomena alam menjadi lebih
proaktif dan kreatif, sehingga alam dijadikan objek penelitian dan pengkajian.
Dari proses ini kemudian ilmu berkembang dari rahim filsafat, yang akhirnya
kita nikmati dalam bentuk teknologi. Karena itu, periode perkembangan filsafat
Yunani merupakan poin untuk memasuki peradaban baru umat manusia.
Jadi, perkembangan
ilmu pengetahuan seperti sekarang ini tidaklah berlangsung secara mendadak,
melainkan terjadi secara bertahap, evolutif. Karena untuk memahami sejarah
perkembangan ilmu mau tidak mau harus melakukan pembagian atau klasifikasi
secara periodik, karena setiap periode menampilkan ciri khas tertentu dalam
perkembangan ilmu pengetahuan. Perkembangan pemikiran secara teoretis
senantiasa mengacu kepada peradaban Yunani. Periodisasi perkembangan ilmu
dimulai dari peradaban Yunani dan diakhiri pada zaman kontemporer.
ZAMAN PRA YUNANI KUNO
PADA masa ini manusia masih menggunakan batu sebagai peralatan. Oleh karena itu, zaman pra Yunani Kuno disebut juga Zaman Batu yang berkisar antara empat juta tahun sampai 20.000 tahun. Antara abad ke-15 sampai 6-SM, manusia telah menemukan besi, tembaga, dan perak untuk berbagai peralatan. Abad kelima belas Sebelum Masehi peralatan besi dipergunakan pertama kali di Irak, tidak di Eropa atau Tiongkok.
Pada abad ke-6 SM di
Yunani muncul lahirnya filsafat. Timbulnya filsafat di tempat itu disebut suatu
peristiwa ajaib (the greek miracle). Ada beberapa faktor yang sudah mendahului
dan seakan-akan mempersiapkan lahirnya filsafat di Yunani.
Pada bangsa Yunani,
seperti juga pada bangsa-bangsa sekitarnya, terdapat suatu mitologi yang kaya
serta luas. Mitologi ini dapat dianggap sebagai perintis yang mendahului
filsafat, karena mite-mite sudah merupakan percobaan untuk mengerti. Mite-mite
sudah memberi jawaban atas pertanyaan yang hidup dalam hati manusia: dari mana
dunia kita? Dari mana kejadian dalam alam? Apa sebab matahari terbit, lalu
terbenam lagi? Melalui mite-mite, manusia mencari keterangan tentang asal usul
alam semesta dan tentang kejadian-kejadian yang berlangsung di dalamnya. Mite
jenis pertama yang mencari keterangan tentang asal usul alam semesta sendiri
biasanya disebut mite kosmogonis, sedangkan mite jenis kedua yang mencari
keterangan tentang asal usul serta sifat kejadian dalam alam semesta disebut
mite kosmologis. Khusus pada bangsa Yunani ialah mereka mengadakan beberapa
usaha untuk menyusun mite-mite yang diceritakan oleh rakyat menjadi suatu
keseluruhan yang sistematis. Dalam usaha itu sudah tampaklah sifat rasional
bangsa Yunani. Karena dengan mencari suatu keseluruhan yang sistematis, mereka
sudah menyatakan keinginan untuk mengerti hubungan mite-mite satu sama lain dan
menyingkirkan mite yang tidak dapat dicocokkan dengan mite lain.
Kedua karya puisi Homeros yang masing-masing berjudul Ilias dan Odyssea mempunyai kedudukan istimewa dalam kesusasteraan Yunani. Syair-syair dalam karya tersebut lama sekali digunakan sebagai semacam buku pendidikan untuk rakyat Yunani. Pada dialog yang bernama Foliteia, Plato mengatakan Homeros telah mendidik seluruh Hellas. Karena puisi Homeros pun sangat digemari oleh rakyat untuk mengisi waktu terluang dan serentak juga mempunyai nilai edukatif.
Kedua karya puisi Homeros yang masing-masing berjudul Ilias dan Odyssea mempunyai kedudukan istimewa dalam kesusasteraan Yunani. Syair-syair dalam karya tersebut lama sekali digunakan sebagai semacam buku pendidikan untuk rakyat Yunani. Pada dialog yang bernama Foliteia, Plato mengatakan Homeros telah mendidik seluruh Hellas. Karena puisi Homeros pun sangat digemari oleh rakyat untuk mengisi waktu terluang dan serentak juga mempunyai nilai edukatif.
Pengaruh Ilmu
Pengetahuan yang pada waktu itu sudah terdapat di Timur Kuno. Orang Yunani
tentu berutang budi kepada bangsa-bangsa lain dalam menerima beberapa unsur
ilmu pengetahuan dari mereka. Demikianlah ilmu ukur dan ilmu hitung sebagian
berasal dari Mesir dan Babylonia pasti ada pengaruhnya dalam perkembangan ilmu
astronomi di negeri Yunani. Namun, andil dari bangsa-bangsa lain dalam perkembangan
ilmu pengetahuan Yunani tidak boleh dilebih-lebihkan. Orang Yunani telah
mengolah unsur-unsur tadi atas cara yang tidak pernah disangka-sangka oleh
bangsa Mesir dan Babylonia. Baru pada bangsa Yunani ilmu pengetahuan mendapat
corak yang sungguh-sungguh ilmiah.
Pada abad ke-6 Sebelum
Masehi mulai berkembang suatu pendekatan yang sama sekali berlainan. Sejak saat
itu orang mulai mencari berbagai jawaban rasional tentang problem yang diajukan
oleh alam semesta. Logos (akal budi, rasio) mengganti mythos. Dengan demikian
filsafat dilahirkan.
Pada zaman Pra Yunani
Kuno di dunia ilmu pengetahuan dicirikan berdasarkan know how yang dilandasi
pengalaman empiris. Di samping itu, kemampuan berhitung ditempuh dengan cara
one-to one correspondency atau mapping process. Contoh cara menghitung hewan
yang akan masuk dan ke luar kandang dengan kerikil. Namun pada masa ini manusia
sudah mulai memperhatikan keadaan alam semesta sebagai suatu proses alam.
ZAMAN YUNANI KUNO
Zaman Yunani Kuno dipandang sebagai zaman keemasan filsafat, karena pada masa ini orang memiliki kebebasan untuk mengungkapkan ide-ide atau pendapatnya. Yunani pada masa itu dianggap sebagai gudang ilmu dan filsafat, karena Bangsa Yunani pada masa itu tidak lagi mempercayai mitologi-mitologi. Bangsa Yunani juga tidak dapat menerima pengalaman yang didasarkan pada sikap receptive attitude (sikap menerima begitu saja), melainkan menumbuhkan sikap an inquiring attitude (suatu sikap yang senang menyelidiki sesuatu secara kritis). Sikap belakangan inilah yang menjadi cikal bakal tumbuhnya ilmu pengetahuan modern. Sikap kritis inilah menjadikan bangsa Yunani tampil sebagai ahli pikir terkenal sepanjang masa. Beberapa filsuf pada masa itu antara lain Thales (625-545 SM), Phytagoras (580-500 SM), Socrates (469-399 SM), Plato (427-347 SM), hingga Aristoteles (384-322 SM).
Zaman Kuno meliputi
zaman filsafat pra-Socrates di Yunani. Tokoh-tokohnya dikenal dengan nama
filsuf pertama atau filsuf alam. Mereka mencari unsur induk (arche) yang
dianggap asal dari segala sesuatu. Menurut Thales arche itu air, Anaximandros
berpendapat arche itu “yang tak terbatas” (to apeiron). Anaximenes arche itu
udara, Pythagoras arche itu bilangan, Heraklitos arche itu api, ia juga
berpendapat bahwa segala sesuatu itu terus mengalir (panta rhei). Parmenedes
mengatakan bahwa segala sesuatu itu tetap tidak bergerak.
ZAMAN KEEMASAN FILSAFAT YUNANI
ZAMAN KEEMASAN FILSAFAT YUNANI
Pada waktu Athena dipimpin oleh Perikles kegiatan politik dan filsafat dapat berkembang dengan baik. Ada segolongan kaum yang pandai berpidato (rethorika) dinamakan kaum sofis. Kegiatan mereka adalah mengajarkan pengetahuan pada kaum muda. Yang menjadi objek penyelidikannya bukan lagi alam tetapi manusia, sebagaimana yang dikatakan oleh Prothagoras, Manusia adalah ukuran untuk segala-galanya. Hal ini ditentang oleh Socrates dengan mengatakan bahwa yang benar dan yang baik harus dipandang sebagai nilai-nilai objektif yang dijunjung tinggi oleh semua orang. Akibat ucapannya tersebut Socrates dihukum mati.
Hasil pemikiran
Socrates dapat diketemukan pada muridnya Plato. Dalam filsafatnya Plato
mengatakan: realitas seluruhnya terbagi atas dua dunia yang hanya terbuka bagi
pancaindra dan dunia yang hanya terbuka bagi rasio kita. Dunia yang pertama
adalah dunia jasmani dan yang kedua dunia ide.
Pendapat tersebut
dikritik oleh Aristoteles dengan mengatakan bahwa yang ada itu adalah
manusia-manusia yang konkret. “Ide manusia” tidak terdapat dalam kenyataan.
Aristoteles adalah filsuf realis, dan sumbangannya kepada perkembangan ilmu
pengetahuan besar sekali. Sumbangan yang sampai sekarang masih digunakan dalam
ilmu pengetahuan adalah mengenai abstraksi, yakni aktivitas rasional di mana
seseorang memperoleh pengetahuan. Menurut Aristoteles ada tiga macam abstraksi,
yakni abstraksi fisis, abstraksi matematis, dan metafisis.
Abstraksi yang ingin menangkap pengertian dengan membuang unsur-unsur individual untuk mencapai kualitas adalah abstraksi fisis. Sedangkan abstraksi di mana subjek menangkap unsur kuantitatif dengan menyingkirkan unsur kualitatif disebut abstraksi matematis. Abstraksi di mana seseorang menangkap unsur-unsur yang hakiki dengan mengesampingkan unsur-unsur lain disebut abstraksi metafisis.
Abstraksi yang ingin menangkap pengertian dengan membuang unsur-unsur individual untuk mencapai kualitas adalah abstraksi fisis. Sedangkan abstraksi di mana subjek menangkap unsur kuantitatif dengan menyingkirkan unsur kualitatif disebut abstraksi matematis. Abstraksi di mana seseorang menangkap unsur-unsur yang hakiki dengan mengesampingkan unsur-unsur lain disebut abstraksi metafisis.
Teori Aristoteles yang
cukup terkenal adalah tentang materi dan bentuk. Keduanya ini merupakan prinsip-prinsip
metafisis, Materi adal.ah prinsip yaug tidak ditentukan, sedangkan bentuk
adalah prinsip yang menentukan. Teori ini terkenal dengan sebutan
Hylemorfisyme.
MASA HELINITIS DAN ROMAWI
MASA HELINITIS DAN ROMAWI
Pada zaman Alexander Agung (359-323 SM) sebagai kaisar Romawi dari Macedonia dengan kekuatan militer yang besar menguasai Yunani, Mesir, Hingga Syria. Pada masa itu berkembang sebuah kebudayaan trans nasional yang disebut kebudayaan Hellinistis, karena kekuasaan Romawi dengan ekspansi yang luas membawa kebudayaan Yunani tidak terbatas lagi pada kota-kota Yunani saja, tetapi mencakup juga seluruh wilayah yang ditaklukkan Alexander Agung. Bidang filsafat, di Athena tetap merupakan suatu pusat yang penting, tetapi berkembang pula pusat-pusat intelektual lain, terutama kota Alexandria. Jika akhirnya ekspansi Romawi meluas sampai ke wilayah Yunani, itu tidak berarti kesudahan kebudayaan dan filsafat Yunani, karena kekaisaran Romawi pun pintu di buka lebar untuk menerima warisan kultural Yunani.
Dalam bidang filsafat
tetap berkembang, namun pada saat itu tidak ada filsuf yang sungguh-sungguh
besar kecuali Plotinus. Pada masa ini muncul beberapa aliran berikut:
Pertama, Sinisme. Menurut paham ini jagat raya ditentukan oleh kuasa-kuasa yang disebut Logos. Oleh karena itu, segala kejadian berlangsung menurut ketetapan yang tidak dapat dihindari. Aliran Sinisme merupakan pengembangan dari aliran Stoik.
Kedua, Stoik. Menyatakan penyangkalannya adanya “Ruh” dan “Materi” aliran ini disebut juga dengan Monoisme dan menolak pandangan Aristoteles dengan Dualismenya. Ketiga, Epikurime. Segala-galanya terdiri atas atom-atom yang senantiasa bergerak. Manusia akan bahagia jika mau mengakui susunan dunia ini dan tidak boleh takut pada dewa-dewa. Setiap tindakan harus dipikirkan akan akibatnya. Aliran ini merupakan pengembangan dari teori atom Democritus sebagai obat mujarab untuk menghilangkan rasa takut pada takhayul. Keempat, Neo Platonisme. Paham yang ingin menghidupkan kembali filsafat Plato. Tokohnya adalah Plotinus. Seluruh filsafatnya berkisar pada Allah sebagai yang satu. Segala sesuatu berasal dari yang satu dan ingin kembali kepadanya.
ZAMAN ABAD PERTENGAHAN
Abad Pertengahan ditandai dengan tampilnya para teolog di lapangan ilmu pengetahuan. Para ilmuwan pada masa ini hampir semua adalah para teolog, sehingga aktivitas ilmiah terkait dengan aktivitas keagamaan. Semboyan yang berlaku bagi ilmu pada masa ini adalah ancilla theologia atau abdi agama. Namun demikian harus diakui bahwa banyak juga temuan dalam bidang ilmu yang terjadi pada masa ini.
Periode Abad
Pertengahan mempunyai perbedaan yang mencolok dengan abad sebelumnya. Perbedaan
itu terutama terletak pada dominasi agama. Timbulnya agama Kristen yang
diajarkan oleh Nabi Isa as. pada permulaan Abad Masehi membawa perubahan besar
terhadap kepercayaan keagamaan.
Pada zaman ini
kebesaran kerajaan Romawi runtuh, begitu pula dengan peradaban yang didasakan
oleh logika ditutup oleh gereja dan digantikan dengan logika keagamaan. Agama
Kristen menjadi problema kefilsafatan karena mengajarkan bahwa wahyu Tuhanlah
yang merupakan kebenaran yang sejati. Hal ini berbeda dengan pandangan Yunani
Kuno yang mengatakan bahwa kebenaran dapat dicapai oleh kemampuan akal. Mereka
belum mengenal adanya wahyu. Pada zaman itu akademia Plato di Athena ditutup
meskipun ajaran-ajaran Aristoteles tetap dapat dikenal. Para filosof nyaris
begitu saja menyatakan bahwa Agama Kristen adalah benar.
Mengenai sikap
terhadap pemikiran Yunani ada dua: Golongan yang menolak sama sekali pemikiran
Yunani, karena pemikiran Yunani merupakan pemikiran orang kafir, karena tidak
mengakui wahyu. Menerima filsafat Yunani yang mengatakan bahwa karena manusia
itu ciptaan Tuhan, kebijaksanaan manusia berarti pula kebijaksanaan yang
datangnya dari Tuhan. Mungkin akal tidak dapat mencapai kebenaran yang sejati
maka akal dapat dibantu oleh wahyu.
Filsafat pada zaman Abad Pertengahan mengalami dua periode, yaitu: Periode Patristik, berasal dari kata Latin patres yang berarti bapa-bapa Gereja, ialah ahli-ahli agama Kristen pada abad permulaan agama Kristen. Periode ini mengalami dua tahap: 1) Permulaan agama Kristen. Setelah mengalami berbagai kesukaran terutama mengenai filsafat Yunani, maka agama Kristen memantapkan diri. Keluar memperkuat gereja dan ke dalam menetapkan dogma-dogma. 2) Filsafat Agustinus yang merupakan seorang ahli filsafat yang terkenal pada masa patristik. Agustinus melihat dogma-dogma sebagai suatu keseluruhan. Periode Skolastik, berlangsung dari tahun 800-1500 M. Periode ini dibagi menjadi tiga tahap: 1) Periode skolastik awal (abad ke-9-12), ditandai oleh pembentukan rnetode-metode yang lahir karena hubungan yang rapat antara agama dan filsafat. Yang tampak pada permulaan ialah persoalan tentang Universalia. 2) Periode puncak perkembangan skolastik (abad ke-13), ditandai oleh keadaan yang dipengaruhi oleh Aristoteles akibat kedatangan ahli filsafat Arab dan Yahudi. Puncak perkembangan pada Thomas Aquinas. 3) Periode skolastik akhir (abad ke-14-15), ditandai dengan pemikiran kefilsafatan yang berkembang ke arah nominalisme, ialah aliran yang berpendapat bahwa universalisme tidak memberi petunjuk tentang aspek yang sama dan yang umum mengenai adanya sesuatu hal. Pengertian umum hanya momen yang tidak mempunyai nilai-nilai kebenaran yang objekti.
Filsafat pada zaman Abad Pertengahan mengalami dua periode, yaitu: Periode Patristik, berasal dari kata Latin patres yang berarti bapa-bapa Gereja, ialah ahli-ahli agama Kristen pada abad permulaan agama Kristen. Periode ini mengalami dua tahap: 1) Permulaan agama Kristen. Setelah mengalami berbagai kesukaran terutama mengenai filsafat Yunani, maka agama Kristen memantapkan diri. Keluar memperkuat gereja dan ke dalam menetapkan dogma-dogma. 2) Filsafat Agustinus yang merupakan seorang ahli filsafat yang terkenal pada masa patristik. Agustinus melihat dogma-dogma sebagai suatu keseluruhan. Periode Skolastik, berlangsung dari tahun 800-1500 M. Periode ini dibagi menjadi tiga tahap: 1) Periode skolastik awal (abad ke-9-12), ditandai oleh pembentukan rnetode-metode yang lahir karena hubungan yang rapat antara agama dan filsafat. Yang tampak pada permulaan ialah persoalan tentang Universalia. 2) Periode puncak perkembangan skolastik (abad ke-13), ditandai oleh keadaan yang dipengaruhi oleh Aristoteles akibat kedatangan ahli filsafat Arab dan Yahudi. Puncak perkembangan pada Thomas Aquinas. 3) Periode skolastik akhir (abad ke-14-15), ditandai dengan pemikiran kefilsafatan yang berkembang ke arah nominalisme, ialah aliran yang berpendapat bahwa universalisme tidak memberi petunjuk tentang aspek yang sama dan yang umum mengenai adanya sesuatu hal. Pengertian umum hanya momen yang tidak mempunyai nilai-nilai kebenaran yang objekti.
ZAMAN RENAISSANCE
Zaman Renaissance
ditandai sebagai era kebangkitan kembali pemikiran yang bebas dari dogma-dogma
agama. Renaissance ialah zaman peralihan ketika kebudayaan Abad Pertengahan
mulai berubah menjadi suatu kebudayaan modern. Manusia pada zaman ini adalah
manusia yang merindukan pemikiran yang bebas. Manusia ingin mencapai kemajuan
atas hasil usaha sendiri, tidak didasarkan atas campur tangan ilahi. Penemuan
ilmu pengetahuan modern sudah mulai dirintis pada Zaman Renaissance. Ilmu
pengetahuan yang berkembang maju pada masa ini adalah bidang astronomi.
Tokoh-tokoh yang terkenal seperti Roger Bacon, Copernicus, Johannes Keppler,
Galileo Galilei. Berikut cuplikan pemikiran para filsuf tersebut yaitu Roger
Bacon, Copernicus, Johannes Keppler (awal 1600-an), dan Galileo Galilei.
ZAMAN MODERN
Zaman modern ditandai
dengan berbagai penentuan dalam bidang ilmiah. Perkembangan ilmu pengeahuan
pada zaman modern sesungguhnya sudah dirintis sejak Zaman Renaissance. Seperti
Rene Descartes (1596-1650), tokoh yang terkenal sebagai bapak filsafat moden.
Rene Descartes juga seorang ahli ilmu pasti. Penemuannya dalam ilmu pasti
adalah sistem koordinat yang terdiri atas dua garis turus X dan Y dalarn bidang
datar. Isaac Newton dengan temuannya teori gravitasi. Charles Darwin dengan
teorinya strugglefor life (perjuangan untuk hidup). JJ. Thompson dengan
temuannya elektron.
ZAMAN KONTEMPORER
(ARAD KE-20 DAN SETERUSNYA)
Di antara ilmu khusus
yang dibicarakan oleh para filsuf, bidang fisika menempati kedudukan yang
paling tiggi. Menurut Traut fisika dipandang sebagai dasar ilmu pengetahuan
yang subjek materinya mengandung unsur-unsur fundamental yang mernbentuk alam
semesta juga menunjukkan bahwa secara historis hubungan antara fisika dengan
flsafat terliht dalam dua cara. Pertama, persuasi filosafis mengenai metode
fisika, dan dalam interaksi antara pandangan subtasional tentang fisika
(misalnya: tentang materi, kuasa, konsep ruang, dan waktu). Kedua, ajaran
filsafat tradisional yang menjawab fenornena tentang materi, kuasa, ruang, dan
waktu. Dengan demikian, sejak semula sudah ada hubungan yang erat antara
filsafat dan fisika.
Fisikawan abad ke-21
adalah Albert Einstain menyatakan bahwa alam itu tidak terhingga besarnya dan
tidak terbatas, tetapi juga tidak berubah status totalitasnya atau bersifat
statis dari waktu ke waktu. Einstein percaya akan kekekalan materi. Ini berarti
bahwa alam semesta itu bersifat kekal, atau dengan kata lain tidak mengakui
adanya penciptaan alam. Di samping teori mengenai fisika, teori alam semesta,
dan lain-lain, Zaman Kantemporer ini ditandai dengan penemuan berbagai
teknologi canggih. Teknologi komunikasi dan informasi termasuk salah satu yang
rrrengalami kemaj uan sangat pesat.
Mulai dari penemuan
komputer, berbagai satelit komunikasi, internet, dan sebagainya. Bidang ilmu
lain juga mengalami kemajuan pesat, sehingga terjadi spesialisasi ilmu yang
semakin tajam. Ilmuwan kantemporer mengetahui hal yang sedikit, tetapi secara
rnendalam. Ilmnu kedokteran semakin menajam dalam spesialis dan subspesialis atau
super-spesialis, demikian pula bidang ilmu lain. Di samping kecenderungan ke
arah spesialisasi, kecenderungan lain adalah sintesis antara bidang ilmu satu
dengan lainya, sehingga dihadirkannya bidang ilmu baru seperti bioteknologi
yang dewasa ini dikenal dengan teknolagi kloning.
0 komentar:
Posting Komentar