Jumat, 23 Desember 2016

KEPRIBADIAN


Memahami kepribadian setiap siswa di dalam kelas adalah sesuatu hal paling penting. Ada banyak kombinasi dari dua aspek tersebut, terutama di bidang kepribadian.
1.      Teori Kepribadian Menurut Julian Rotter
Menurut Rotter menyebut karyanya sebagai teori kepribadian “pembelajaran-sosial” untuk menunjukkan kepercayaannya bahwa kita bisa mempelajari perilaku kita melalui pengalaman sosial kita. Ia sangat mengkritik tendensi Skinner untuk mempelajari beberapa subyek secara terpisah. Ia berargumen bahwa pendekatan Skinner tidak merepresentasikan pembelajaran dalam dunia riil, lingkungan pergaulan yang membuat kita berfungsi dalam situasi interdependensi dan interaksi sosial.
Ia juga membandingkan isu itu dengan studi Skinner atas respons subyek hewan terhadap stimuli sederhana. Rotter percaya bahwa riset semacam itu memberikan sedikit lebih daripada sekedar sebuah landasan terhadap pemahaman perilaku sosial manusia yang lebih kompleks.
Dalam riset yang diadakan untuk mengembangkan teori pembelajaran-sosialnya, Rotter dan para pengikutnya telah mempelajari subyek-subyek manusia saja. Dengan menggunakan beragam teknik, Rotter memfokuskan pada orang-orang normal, anak-anak dan siswa perguruan tinggi. Teorinya didasarkan pada pendekatan eksperimental yang cermat dan terkontrol-baik terhadap psikologi yang merupakan karakteristik gerakan behavioris. Teori kepribadian Rotter berasal dari laboratorium dan bukan klinik.
Konsep-Konsep Dasar Teori Pembelajaran-Sosial

Untuk memahami teori pembelajaran-sosial Rotter, kita harus lebih dahulu mendeskripsikan prinsip-prinsip yang terbangun. Empat konsep pokok adalah potensi perilaku, harapan, nilai penguatan, dan situasi psikologis. Dua konsep luas akan didiskusikan, yakni: kebebasan gerakan dan level tujuan kecil.
Potensi Perilaku

Potensi perilaku mengacu pada kemungkinan bahwa perilaku tertentu akan terjadi dalam sebuah situasi tertentu. Kemungkinan itu harus ditentukan dengan referensi pada penguatan atau rangkaian penguatan yang bisa mengikuti perilaku itu. Terdapat persamaan dengan pandangan-pandangan Skinner dalam konsep ini; Rotter berusaha untuk memprediksi kemungkinan bahwa seseorang akan berperilaku dalam hal tertentu dengan keberadaan variabel-variabel khusus. Formulasi Rotter berjalan melebihi formulasi Skinner di mana ia memunculkan variabel-variabel internal dan kognitif, selain variabel-variabel lingkungan, untuk memprediksi perilaku itu.
Konsep Rotter atas potensi perilaku adalah relatif. Beliau berusaha untuk memprediksi kemungkinan kejadian perilaku khusus yang berhubungan dengan perilaku lain yang dapat ditampakkan oleh individu dalam situasi itu. Apa yang menyebabkan individu untuk menyeleksi satu perilaku bukan lainnya? Pilihannya didasarkan pada kesan subyektif seseorang terhadap situasi itu. Potensi perilaku dipengaruhi tidak hanya oleh apa yang ada di luar (seleksi kesadaran dari alternatif-alternatif perilaku yang tersedia dari sudut pandang persepsi kami atas situasi itu).
Definisi Rotter mengenai perilaku berbeda dari definisi Skinner. Skinner hanya berhadapan dengan kejadian-kejadian yang diobservasi secara obyektif. Pandangan Rotter mengenai perilaku tidak hanya mencakup tindakan-tindakan yang dapat diobservasi secara langsung, namun juga tindakan-tindakan yang tidak dapat diobservasi secara langsung – proses internal dan kognitif kami. Bagi Rotter, proses-proses tersebut mencakup variabel “rasionalisasi, penindasan, alternatif-alternatif pertimbangan, perencanaan, dan reklasifikasi” yang dianggap bukan sebagai perilaku oleh para behavioris yang lebih ekstrim.
Rotter menegaskan, perilaku internal atau implisit dapat diobservasi dan diukur melalui cara-cara tak langsung, seperti penarikan kesimpulan dari perilaku yang jelas.
Perhatikan perilaku dalam menguji solusi alternatif terhadap sebuah masalah. Perilaku ini dapat ditarik kesimpulannya dari observasi perilaku subyek yang berusaha untuk menyelesaikan sebuah tugas yang diberikan. Jika, misalnya, subyek itu membutuhkan waktu berlebih untuk memecahkan masalah daripada yang mereka butuhkan untuk menyelesaikan masalah awal, maka Rotter merasakan bahwa hal ini adalah bukti perilaku yang mempertimbangkan solusi-solusi alternatif.
Investigasi obyektif atas aktivitas kognitif dan internal adalah sulit. Rotter mengakui hal ini, namun ia juga percaya bahwa prinsip-prinsip yang mengatur kejadian perilaku implisit itu tidaklah berbeda dari prinsip yang mengatur perilaku yang diobservasi secara jelas dan langsung. Dan kita harus ingat bahwa variabel-variabel internal dan eksternal adalah diperlukan untuk menentukan potensi perilaku itu.
Expectancy(pengharapan)

Expectancy (pengharapan) merupakan konsep utama yang kedua dari Rotter, menjelaskan tentang kepercayaan individu bahwa dia berperilaku secara khusus pada situasi yang diberikan yang akan diikuti oleh penguatan yang telah diprediksikan. Kepercayaan ini berdasarkan pada pola atau probabilitas atau kemungkinan penguatan yang akan terjadi. Tingkat harapan ini ditentukan oleh beberapa factor.
Satu factor yang mempengaruhi expectancy/pengharapan adalah keaslian reinforcement sebelumnya untuk perilaku-perilaku yang terjadi pada situsi-situasi itu. Factor lain yang mempengaruhi expectancy adalah luasnya generalisasi dari situasi-situasi penguatan yang sama (tetapi tidak serupa).
Nilai penguatan(reinforcement value)

Konsep ketiga dari teori Rotter adalah nilai penguatan(reinforcement value), yang mana merupakan penjelasan mengenai tingkat pilihan untuk satu reinforcement sebagai ganti yang lain. Jika seseorang berada pada situasi yang sama dimana situasi ini memungkinkan dapat terjadinya satu dari beberapa reinforcement, berapa banyak orang-orang yang akan memilih satu reinforcement sebagai ganti yang lain??
Orang-orang membedakan bentuk daripada penguatan yang mereka temukan. Sekalipun tidak ada keraguan setiap orang akan setuju bahwa membaca buku ini adalah reinforcement yang tinggi. Kamu akan berbeda dengan teman sekelasmu mengenai berapa banyak kamu memilih aktifitas lain dan reinforcement yang dibawa aktifitas itu. Beberapa anak akan memilih disco dan yang lainnya akan memilih sympony. Beberapa anak akan memilih football dan yang lainnya akan memilih soccer. Setiap orang menemukan penguatan yang berbeda nilainya pada aktifitas yang berbeda-beda.
Pilihan ini berasal dari pengalaman kita yang menghubungkan reinforcement masa lalu dengan yang terjadi saat ini. Berdasarkan hubungan ini, berkembang pengharapan untuk masa depan. Karena itulah terdapat hubungan antara konsep pengharapan dan nilai penguatan (Reinforcement value).
Situasi Psikologis

Situasi psikologis adalah konsep dasar keempat dari teori sosial belajar Rotter, dan ini merupakan hal yang penting dalam menentukan perilaku. Rotter percaya bahwa kita secara terus menerus memberikan reaksi pada lingkungan internal maupun lingkungan eksternal kita. Selanjutnya masing-masing lingkungan ini secara konstan saling mempengaruhi yang lain. Kita tidak hanya merespon stimulus eksternal saja tetapi juga kedua lingkungan. Penggabungan inilah yang disebut Rotter dengan situasi psikologis. Situasi dipertimbangkan secara psikologis karena kita mereaksi lingkungan ini berdasarkan pola-pola persepsi kita terhadap stimulus eksternal.
2.      Teori Kepribadian Menurut Allport

Teori Kepribadian Allport

Menurut Allport Kepribadian manusia adalah asli. Individu lebih merupakan makhluk masa kini daripada makhluk masa lampau. Allport mempelajari individu-individu yang normal dan dengan demikian mengembangkan suatu teori yang hampir seluruhnya mengenai Kepribadian sehat. Allport mengemukakan teori tentang jurang antara kepibadian neurotis dan Kepribadian sehat antara masa dewasa dan masa kanak-kanak. Allport melihat pentingnya peningkatan dan bukan pengurangan tingkat tegangan. Manusia yang hidup dan aktif membutuhkan kehidupan yang beraneka ragam,mereka tidak puas dengan kegiatan yang rutin. Kita semua mengenal orang-orang yang berspekulasi dan memilih kesempatan-kesempatan,yang secara aktif mencari perangsang dan tantangan dalam kehidupan mereka.
Dalam teori Allport antisipasi-antisipasi adalah penting dalam membantu untuk menentukan siapa dan apakah kita ini,dalam membentuk identitas-diri kita. Mereka mengetahui diri mereka dan menerima keterbatasan-keterbatasan mereka dan tidak terpukul oleh keterbatasan itu. Tampak jelas bahwa kalau sehat memiliki suatu gambaran diri dan identitas diri yang kuat,merasakan suatu perasaan harga diri,dapat memberi cinta secara terbuka dan tanpa syarat,merasa aman secara emosional,dan memiliki tujuan-tujuan serta suatu perasaan akan maksud yang memberi arti dan arah kepada kehidupan. Allport dapat memberikan kebenaran-kebenaran kekal didukung oleh pengetahuan kita tentang kehidupan pria-wanita,wanita-wanita historis dan kontemporer,yang telah memperlihatkan sifat-sifat dan atribusi yang dilukiskan dengan begitu semangat.


0 komentar:

Posting Komentar

 

Mifta Erls Template by Ipietoon Cute Blog Design