Memahami kepribadian setiap siswa di dalam kelas adalah sesuatu hal paling
penting. Ada banyak kombinasi dari dua aspek tersebut, terutama di bidang
kepribadian.
1.
Teori Kepribadian Menurut Julian Rotter
Menurut Rotter menyebut karyanya sebagai teori kepribadian
“pembelajaran-sosial” untuk menunjukkan kepercayaannya bahwa kita bisa
mempelajari perilaku kita melalui pengalaman sosial kita. Ia sangat mengkritik
tendensi Skinner untuk mempelajari beberapa subyek secara terpisah. Ia
berargumen bahwa pendekatan Skinner tidak merepresentasikan pembelajaran dalam
dunia riil, lingkungan pergaulan yang membuat kita berfungsi dalam situasi
interdependensi dan interaksi sosial.
Ia juga membandingkan isu itu dengan
studi Skinner atas respons subyek hewan terhadap stimuli sederhana. Rotter
percaya bahwa riset semacam itu memberikan sedikit lebih daripada sekedar
sebuah landasan terhadap pemahaman perilaku sosial manusia yang lebih kompleks.
Dalam riset yang diadakan untuk mengembangkan teori pembelajaran-sosialnya,
Rotter dan para pengikutnya telah mempelajari subyek-subyek manusia saja.
Dengan menggunakan beragam teknik, Rotter memfokuskan pada orang-orang normal,
anak-anak dan siswa perguruan tinggi. Teorinya didasarkan pada pendekatan
eksperimental yang cermat dan terkontrol-baik terhadap psikologi yang merupakan
karakteristik gerakan behavioris. Teori kepribadian Rotter berasal dari
laboratorium dan bukan klinik.
Konsep-Konsep Dasar Teori Pembelajaran-Sosial
Untuk memahami teori pembelajaran-sosial Rotter, kita harus lebih dahulu
mendeskripsikan prinsip-prinsip yang terbangun. Empat konsep pokok adalah
potensi perilaku, harapan, nilai penguatan, dan situasi psikologis. Dua konsep
luas akan didiskusikan, yakni: kebebasan gerakan dan level tujuan kecil.
Potensi Perilaku
Potensi perilaku mengacu pada kemungkinan bahwa perilaku tertentu akan
terjadi dalam sebuah situasi tertentu. Kemungkinan itu harus ditentukan dengan
referensi pada penguatan atau rangkaian penguatan yang bisa mengikuti perilaku
itu. Terdapat persamaan dengan pandangan-pandangan Skinner dalam konsep ini;
Rotter berusaha untuk memprediksi kemungkinan bahwa seseorang akan berperilaku
dalam hal tertentu dengan keberadaan variabel-variabel khusus. Formulasi Rotter
berjalan melebihi formulasi Skinner di mana ia memunculkan variabel-variabel
internal dan kognitif, selain variabel-variabel lingkungan, untuk memprediksi
perilaku itu.
Konsep Rotter atas potensi perilaku adalah relatif. Beliau berusaha untuk
memprediksi kemungkinan kejadian perilaku khusus yang berhubungan dengan
perilaku lain yang dapat ditampakkan oleh individu dalam situasi itu. Apa yang
menyebabkan individu untuk menyeleksi satu perilaku bukan lainnya? Pilihannya
didasarkan pada kesan subyektif seseorang terhadap situasi itu. Potensi
perilaku dipengaruhi tidak hanya oleh apa yang ada di luar (seleksi kesadaran
dari alternatif-alternatif perilaku yang tersedia dari sudut pandang persepsi
kami atas situasi itu).
Definisi Rotter mengenai perilaku berbeda dari definisi Skinner. Skinner
hanya berhadapan dengan kejadian-kejadian yang diobservasi secara obyektif.
Pandangan Rotter mengenai perilaku tidak hanya mencakup tindakan-tindakan yang
dapat diobservasi secara langsung, namun juga tindakan-tindakan yang tidak
dapat diobservasi secara langsung – proses internal dan kognitif kami. Bagi
Rotter, proses-proses tersebut mencakup variabel “rasionalisasi, penindasan,
alternatif-alternatif pertimbangan, perencanaan, dan reklasifikasi” yang
dianggap bukan sebagai perilaku oleh para behavioris yang lebih ekstrim.
Rotter menegaskan, perilaku internal atau implisit dapat diobservasi dan
diukur melalui cara-cara tak langsung, seperti penarikan kesimpulan dari
perilaku yang jelas.
Perhatikan perilaku dalam menguji solusi alternatif terhadap sebuah
masalah. Perilaku ini dapat ditarik kesimpulannya dari observasi perilaku
subyek yang berusaha untuk menyelesaikan sebuah tugas yang diberikan. Jika,
misalnya, subyek itu membutuhkan waktu berlebih untuk memecahkan masalah
daripada yang mereka butuhkan untuk menyelesaikan masalah awal, maka Rotter
merasakan bahwa hal ini adalah bukti perilaku yang mempertimbangkan
solusi-solusi alternatif.
Investigasi obyektif atas aktivitas kognitif dan internal adalah sulit.
Rotter mengakui hal ini, namun ia juga percaya bahwa prinsip-prinsip yang
mengatur kejadian perilaku implisit itu tidaklah berbeda dari prinsip yang
mengatur perilaku yang diobservasi secara jelas dan langsung. Dan kita harus
ingat bahwa variabel-variabel internal dan eksternal adalah diperlukan untuk
menentukan potensi perilaku itu.
Expectancy(pengharapan)
Expectancy (pengharapan) merupakan konsep utama yang kedua dari Rotter,
menjelaskan tentang kepercayaan individu bahwa dia berperilaku secara khusus
pada situasi yang diberikan yang akan diikuti oleh penguatan yang telah
diprediksikan. Kepercayaan ini berdasarkan pada pola atau probabilitas atau
kemungkinan penguatan yang akan terjadi. Tingkat harapan ini ditentukan oleh
beberapa factor.
Satu factor yang mempengaruhi expectancy/pengharapan adalah keaslian
reinforcement sebelumnya untuk perilaku-perilaku yang terjadi pada
situsi-situasi itu. Factor lain yang mempengaruhi expectancy adalah luasnya
generalisasi dari situasi-situasi penguatan yang sama (tetapi tidak serupa).
Nilai penguatan(reinforcement value)
Konsep ketiga dari teori Rotter adalah nilai penguatan(reinforcement
value), yang mana merupakan penjelasan mengenai tingkat pilihan untuk satu
reinforcement sebagai ganti yang lain. Jika seseorang berada pada situasi yang
sama dimana situasi ini memungkinkan dapat terjadinya satu dari beberapa
reinforcement, berapa banyak orang-orang yang akan memilih satu reinforcement
sebagai ganti yang lain??
Orang-orang membedakan bentuk daripada penguatan yang mereka temukan.
Sekalipun tidak ada keraguan setiap orang akan setuju bahwa membaca buku ini
adalah reinforcement yang tinggi. Kamu akan berbeda dengan teman sekelasmu
mengenai berapa banyak kamu memilih aktifitas lain dan reinforcement yang
dibawa aktifitas itu. Beberapa anak akan memilih disco dan yang lainnya akan
memilih sympony. Beberapa anak akan memilih football dan yang lainnya akan
memilih soccer. Setiap orang menemukan penguatan yang berbeda nilainya pada
aktifitas yang berbeda-beda.
Pilihan ini berasal dari pengalaman kita yang menghubungkan reinforcement
masa lalu dengan yang terjadi saat ini. Berdasarkan hubungan ini, berkembang
pengharapan untuk masa depan. Karena itulah terdapat hubungan antara konsep
pengharapan dan nilai penguatan (Reinforcement value).
Situasi Psikologis
Situasi psikologis adalah konsep dasar keempat dari teori sosial belajar
Rotter, dan ini merupakan hal yang penting dalam menentukan perilaku. Rotter
percaya bahwa kita secara terus menerus memberikan reaksi pada lingkungan
internal maupun lingkungan eksternal kita. Selanjutnya masing-masing lingkungan
ini secara konstan saling mempengaruhi yang lain. Kita tidak hanya merespon
stimulus eksternal saja tetapi juga kedua lingkungan. Penggabungan inilah yang
disebut Rotter dengan situasi psikologis. Situasi dipertimbangkan secara
psikologis karena kita mereaksi lingkungan ini berdasarkan pola-pola persepsi
kita terhadap stimulus eksternal.
2.
Teori Kepribadian Menurut Allport
Teori Kepribadian
Allport
Menurut Allport Kepribadian manusia adalah asli. Individu lebih merupakan
makhluk masa kini daripada makhluk masa lampau. Allport mempelajari
individu-individu yang normal dan dengan demikian mengembangkan suatu teori
yang hampir seluruhnya mengenai Kepribadian sehat. Allport mengemukakan teori
tentang jurang antara kepibadian neurotis dan Kepribadian sehat antara masa
dewasa dan masa kanak-kanak. Allport melihat pentingnya peningkatan dan bukan
pengurangan tingkat tegangan. Manusia yang hidup dan aktif membutuhkan
kehidupan yang beraneka ragam,mereka tidak puas dengan kegiatan yang rutin.
Kita semua mengenal orang-orang yang berspekulasi dan memilih
kesempatan-kesempatan,yang secara aktif mencari perangsang dan tantangan dalam
kehidupan mereka.
Dalam teori Allport antisipasi-antisipasi adalah penting dalam membantu
untuk menentukan siapa dan apakah kita ini,dalam membentuk identitas-diri kita.
Mereka mengetahui diri mereka dan menerima keterbatasan-keterbatasan mereka dan
tidak terpukul oleh keterbatasan itu. Tampak jelas bahwa kalau sehat memiliki
suatu gambaran diri dan identitas diri yang kuat,merasakan suatu perasaan harga
diri,dapat memberi cinta secara terbuka dan tanpa syarat,merasa aman secara
emosional,dan memiliki tujuan-tujuan serta suatu perasaan akan maksud yang
memberi arti dan arah kepada kehidupan. Allport dapat memberikan
kebenaran-kebenaran kekal didukung oleh pengetahuan kita tentang kehidupan
pria-wanita,wanita-wanita historis dan kontemporer,yang telah memperlihatkan
sifat-sifat dan atribusi yang dilukiskan dengan begitu semangat.
0 komentar:
Posting Komentar