1. Nama “Indonesia”
pertamakali muncul di tahun 1850, di sebuah majalah ilmiah tahunan, Journal
of the Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA), yang terbit di
Singapura. Penemunya adalah dua orang Inggris: James Richardson Logan dan
George Samuel Windsor Earl. Saat itu, nama Hindia—nama wilayah kita saat
itu—sering tertukar dengan nama tempat lain. Karena itu, keduanya berpikir,
daerah jajahan Belanda ini perlu diberi nama tersendiri. Earl mengusulkan dua
nama: Indunesia atau Malayunesia. Earl sendiri memilih Malayunesia. Sedangkan
Logan yang memilih nama Indunesia. Belakangan, Logan mengganti huruf “u” dari
nama tersebut menjadi “o”. Jadilah: INDONESIA.
2. Nama Indonesia
kemudian dipopulerkan oleh seorang etnolog Jerman, Adolf Bastian. Dia
mempopulerkan nama Indonesia melalui bukunya, Indonesien Oder Die
Inseln Des Malayischen Archipelsdan Die Volkev des Ostl Asien. Bastian
sendiri mengunjungi Indonesia empat kali. Di bukunya, Bastian menggunakan kata
Indonesia untuk merujuk pulau besar—Jawa, Sumatera, Borneo (Kalimantan),
Celebes (Sulawesi), Molukken (Maluku), Timor, hingga Flores—dan gugusan
pulau-pulau yang mengitari pulau tersebut.
3. Penjajah Eropa, baik
Belanda maupun Portugis, menamai negeri kita ini: India. Namun, agar tidak sama
dengan nama India, maka ditambahi huruf ‘H’ di depannya menjadi: Hindia. Di
bawah penjajahan Belanda, negeri kita disebut Nederlandsch-Indie,
yang berarti ‘Hindia kepunyaan Belanda’. Di bawah penjajahan Portugis, namanya
‘Hindia kepunyaan Portugis’. (Pramoedya Ananta Toer, Angkatan Muda Sekarang,
1999).
4. Tahun 1913, Soewardi
Soerjaningrat alias Ki Hajar Dewantara mendirikan Kantor Berita untuk
bumiputera di Den Haag, belanda. Namanya: Indonesische Persbureau,
disingkat IP. Saat itu Ki Hajar sedang menjalani pembuangan di negeri Belanda
akibat aktivitas politiknya di tanah air.
5. Sebelumnya, di tahun
1912, Ki Hajar bersama dua kawannya, Ernest Douwes Dekker dan Tjipto
Mangkukusumo, mendirikan partai politik bernama Indische Partij (IP).
IP merupakan organisasi politik pertama yang terang-terangan memperjuangkan
kemerdekaan Hindia—terpisah dari kolonialisme Belanda. Saat itu, IP mengusulkan
agar nama negeri kita ini adalah Hindia. Slogan IP yang terkenal:
Hindia untuk Hindia! Sayang, usulan IP ini kurang berterima luas di kalangan
kaum pergerakan.
6. Pada bulan Februari
1922, para pelajar Indonesia di negeri Belanda sepakat mengadopsi nama
Indonesia. Mereka mengubah nama organisasinya dari Indische Vereeniging menjadi Indonesische
Vereeniging. Kemudian, di tahun 1924, koran organisasi ini, Hindia
Poetra, berganti nama menjadi Indonesia Merdeka. Setahun
kemudian, giliran nama Indonesische Vereeniging resmi diubah
menjadi Perhimpunan Indonesia (PI).
7. Di tanah air,
organisasi politik yang pertama sekali menggunakan nama Indonesia adalah Partai
Komunis Indonesia (PKI). Itu terjadi pada tahun 1924. PKI sendiri berdiri
tanggal 23 Mei 1920, dengan nama Perserikatan Komunis Hindia. Baru
pada bulan Juni l924, melalui sebuah Kongres di Weltevreden, Perserikatan
Komunis Hindia berganti nama menjadi Partai Komunis Indonesia.
8. Pada tahun 1927,
Soekarno bersama Tjipto Mangunkusumo serta kawan-kawannya di Algemene
Studieclub mendirikan gerakan politik nasionalis bernama Perserikatan
Nasional Indonesia (PNI). Setahun kemudian, Perserikatan Nasional Indonesia
berganti nama menjadi Partai Nasional Indonesia (PNI). Soekarno dan PNI punya
kontribusi besar dalam mempopulerkan nama Indonesia di kalangan rakyat jelata:
petani, buruh, dan kaum melarat lainnya.
9. Pada tahun 1928,
Kongres Pemuda Indonesia ke-2 mengikrarkan ‘satu nusa, satu bangsa, dan satu
bahasa: INDONESIA”. Sejak itulah Indonesia sebagai nama dari sebuah negeri yang
diperjuangkan makin berterima luas di kalangan kaum pergerakan dan rakyat
banyak. Dua tahun sebelumnya, Wage Rudolf Supratman menciptakan lagu berjudul “Indonees,
Indonees”, yang kemudian di tahun 1944 diubah menjadi “Indonesia Raya”.
Lagu itu diperdengarkan tanpa lirik oleh WR Soepratman di Kongres Pemuda
Indonesia ke-2 di gedung Indonesische Clubgebouw, Jalan Kramat Raya 106,
Jakarta, tahun 1928. Sejak itulah cita-cita “Indonesia Raya” bergema di hampir
semua pulau-pulau sepanjang Semenanjung Malaya hingga Papua. Tahun 1937, di
Malaya (sekarang Malaysia), berdiri organisasi nasional bernama Kesatuan Melayu
Muda (KMM). Dalam programnya, KMM menyatakan ingin mempersatukan Malaya ke
dalam satu ikatan dengan ‘Indonesia Raya’.
10. Tetapi Pramoedya
Ananta Toer kurang setuju dengan nama Indonesia. Menurutnya, penggunaan nama
itu kurang politis dan ahistoris. Kata Pram, Indonesia berarti kepulauan India;
belum keluar dari cara kolonialis menamai negeri kita. Pram sendiri mengusulkan
dua nama yang dilahirkan oleh sejarah bangsa ini, yaitu Nusantara dan
Dipantara. Nusantara muncul semasa dengan Majapahit, yang berarti: kepulauan
Antara (dua benua). Sedangkan Dipantara muncul di era Singasari, yang berarti: Benteng
Antara (dua benua).
0 komentar:
Posting Komentar